Jelajah Lagi!

Setelah dua tahun lebih taat #dirumahaja — terlebih karena masih tinggal dengan orang tua yang sangat menerapkan 5M — maka libur lebaran kemarin menjadi momen yang perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya!

Gabriela Widharani
3 min readMay 14, 2022
Stasiun Bekasi

Perjalanan ini merupakan keputusan impulsif sesaat setelah mendengar pengumuman cuti bersama dari pemerintah. Bertepatan dengan lulusnya saya dari usia 25 tahun, jiwa bebas ini pun mantap untuk mengambil peluang sekaligus risiko. Risiko dikhawatirkan bapak dan mama yang berpotensi menyebabkan telinga dan hati panas. Pikirku, sudah cukuplah semasa sekolah hidupku menopang harapan dan rasa bangga mereka, maka tidak mengapa bila kali ini aku menerobos larangan tak tertulis untuk berpergian sendiri.

Sebenarnya ada satu destinasi impian saya, namun harga tiket tidak mendukung rencana serba dadakan ini. Untuk menyesuaikan budget, Pulau Jawa pun tidak masalah. Lalu, saya iseng menghubungi seorang teman kuliah untuk ikut meramaikan perjalanan. Obrolan singkat, pesan ini-itu, dan petualangan pun dimulai.

Itinerary Santai

Bandung menjadi kota yang senantiasa saya hindari. Terlalu takut untuk mengingat kembali segala kenangan yang pernah dilalui, banyak yang menyenangkan, namun tidak sedikit yang ingin dilupakan. Tentunya bertemu teman tertentu dan menikmati suasana adalah pilihan kegiatan yang tepat. Kali ini, Bandung rasanya sangat pas — bahkan ada sedikit perasaan sedih ketika meninggalkannya.

Berjumpa dengan Adik-adik Tersayang

Berlanjut ke Kota Malang — tujuan utama perjalanan ini. Setelah menerima beberapa saran, kami sepakat untuk tidak pergi ke pantai. Waktu kami habiskan sepuas-puasnya di Kota Batu dan Gunung Bromo. Makan rawon di tenda pinggir jalan, menikmati rekomendasi Pos Ketan Legenda dan susu murni Ganesha, lalu berteduh di cafe yang sangat homey. Bermain di Jatim Park 1, berlanjut ke alun-alun yang ramai, pulangnya hujan, dan kami mengendarai motor bertelanjang kaki — mengamankan sepatu satu-satunya untuk dipakai esok hari. Tidur cukup, ke Bromo tanpa sunrise, dan melintasi padang pasir yang sangat luas dengan roda dua. Berbagi cerita dan senda gurau. Lagi-lagi tidak ada yang kurang atau salah, rasanya sangat pas.

Hijau dan Biru di Bromo

Puas dengan cuaca sejuk di Bandung dan Malang, membuat kami terkejut — walaupun tidak begitu kesulitan untuk beradaptasi kembali dengan Kota Surabaya yang suhunya sangat mirip Kota Bekasi. Menyeberang Suramadu adalah salah satu pengalaman yang kami ingin ciptakan di kota ini, lalu menyantap Bebek Sinjay di pagi hari, dan mencicipi nasi campur Bu Komang yang memang asli Bali. Sempat juga menginjakan kaki di Ciputra Mall dan Tunjungan Plaza — yang ternyata tidak mengintimidasi seperti yang sempat saya bayangkan. Di sini pun, rasanya semua yang dilakukan sudah pas.

Rindu Bali

Dengan selesainya perjalanan ini, yang tertinggal hanya perasaan senang, puas, dan ringan — dan tulisan ini dibuat sebagai pengingat agar dapat menyempatkan waktu untuk membahagiakan diri sendiri dan menikmati masa sekarang. Terima kasih, terima kasih, terima kasih kepada pribadi-pribadi yang tidak lelah menerima dan menjadi diri sendiri.

Salam,
Saya saat ini.

--

--

Gabriela Widharani
Gabriela Widharani

Written by Gabriela Widharani

if overthinking is a disease, let writing be the cure.

No responses yet